Gakperlu jadi "kuli" cuma butuh Coding dan bahasa Inggris

Oktober 30, 2018
Gakperlu jadi "kuli" cuma butuh Coding dan bahasa Inggris Mas Admin 5 of 5
Sudah hampir 3 abad silam Revolusi Industri pertama terjadi. Kini, kita telah memasuki Revolusi Industri keempat: era kecerdasan buatan ...

Sudah hampir 3 abad silam Revolusi Industri pertama terjadi. Kini, kita telah memasuki Revolusi Industri keempat: era kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI). 

Sayangnya, kesiapan terhadap Revolusi Industri 4.0 tidak terjadi serentak di seluruh dunia. Negara yang kurang siap mengikuti perkembangan teknologi akan membutuhkan waktu lebih lama dalam beradaptasi dengan kemajuan jaman.


Bagaimana kesiapan Indonesia?


Berdasarkan ABB dan The Economist Intelligence Unit (2018) telah menyurvei 25 negara terkait kesiapan negara tersebut menghadapi era otomatisasi berkat semakin canggih robot dan AI.


Sayangnya, kesiapan Indonesia masih berada di ranking 25. Hal ini tentu bukan prestasi menggembirakan bagi kita. Peringkat pertama diduduki Korea Selatan.
Bukan hal mengejutkan mengingat pemerintah Korea Selatan telah menyiapkan penduduknya memasuki era AI. Salah satunya dengan pembelajaran coding sejak tingkat pendidikan SD!

Finlandia yang dikenal sebagai negara dengan sistem pendidikan terbaik di dunia, juga telah memberikan pelajaran coding sejak pendidikan dasar.

Keberadaan internet semakin mempermudah perusahaan seluruh dunia dalam merekrut calon karyawan dari belahan dunia manapun. Kemampuan dan pengetahuan yang dipelajari sejak kanak-kanak sangat menentukan masa depan seseorang dalam mengembangkan karir dan mendapatkan pekerjaan bonafit.

Kita dihadapkan pada 2 pilihan: menunggu pemerintah mengejar ketertinggalan zaman dan mengubah kurikulum, atau mencari sendiri ilmu yang bisa membantu kita bertahan hidup dan meraih sukses di era Industri Revolusi keempat ini.

Kemampuan coding, misalnya, dapat kita pelajari melalui layanan pendidikan online seperti Coursera, Udemy, dan DQLab. 
Pertanyaannya kemudian: mengapa coding?
Banyak perusahaan ternama akan segera mewajibkan karyawan memiliki kemampuan ini. Perkembangan AI memampukan banyak pekerjaan yang kini dikerjakan manusia digantikan dengan sistem.

Oxford University juga memperkirakan 47% pekerjaan saat ini ada akan lenyap dalam waktu kurang dari 25 tahun mendatang.
Artinya, kita perlu memikirkan apakah 25 tahun mendatang pekerjaan yang kita jalani akan bertahan atau malah termasuk dalam kelompok pekerjaan yang akan lenyap tersebut.

Coding jelas termasuk kemampuan yang akan semakin dibutuhkan seiring berjalannya waktu.  Maka tak ada salahnya memulai belajar coding sedini mungkin.
Pengelolahan Data
Selain coding, kemampuan lain yang disebutkan beragam perusahaan ternama sebagai future skill adalah kemampuan mengolah data atau disebut data science. Secara sederhana, data science adalah kemampuan mengolah dan menganalisis data dalam jumlah besar menjadi rekomendasi yang dapat diandalkan dalam mengambil keputusan bisnis.


Lalu apa keuntungan belajar data science? 


Kemungkinan pekerjaan ini akan lenyap di masa mendatang sangatlah kecil. Data science merupakan dasar untuk dapat menguasai teknologi AI.
Selain itu, bidang pekerjaan ini juga bergaji menggiurkan, yaitu gaji rata-rata di atas dua digit bahkan sejak fresh graduate atau lulusan baru.
Bidang ini juga sangat dibutuhkan banyak perusahaan karena semakin banyak perusahaan membutuhkan tenaga data scientist tetapi tidak cukup banyak orang berprofesi atau memiliki kemampuan sebagai data scientist.

“Kalau belum punya Data Scientist bisa mengoptimalkan para programmer. Kami menyebutnya Data Engineer. Lain halnya di startup besar seperti GoJek. Mereka memiliki banyak department salah satunya department pengolah data. Disana banyak sekali Data Scientist profesional,” kata Co-Founder Warung Pintar Sofian Hadiwijaya dalam diskusi dengan Feris Thia, Data Science & Big Data System Architect dari PHI-Integration dan komunitas DQLab.id.


Kendala pembelajaran coding


Banyak lulusan Tehnik Informatika di Indonesia tapi belum tentu semuanya langsung dapat kerja atau mudah dapat kerja. Kendalanya ada pada penggunaan bahasa Inggris dalam belajar atau mengembangkan kemampuan mereka dalam penguasaan bahasa pemograman.

Selain kendala bahasa, mahalnya pembelajaran bahasa pemograman juga menjadi salah satu alasan, mengapa coding masih menjadi studi
Hal inilah yang kemudian mendorong Nicholas Rahardja dan Marco Widodo, siswa British School Jakarta merilis platform BelajarCoding.online.

Mereka menyampaikan keinginan untuk membantu meningkatkan jumlah anak muda Indonesia yang ingin belajar dan mengerti apa itu coding. "Kami mengidentifikasi kurangnya minat anak muda Indonesia belajar coding, meskipun permintaan pengembang program terus bertambah. Masalah ini berasal dari fakta bahwa sebagian besar situs belajar coding itu berbahasa Inggris,"

Marco menambahkan, hal ini menjadi kendala bagi sebagian besar anak muda Indonesia yang tidak kurang fasih bahasa Inggris untuk belajar online dari situs berbahasa Inggris.
Kehadiran Belajar Coding diharapkan dapat memecahkan masalah dengan mengajarkan pelajaran coding dalam bahasa Indonesia dengan mudah dan menarik bagi orang banyak terutama anak muda.
Ia menambahkan, BelajarCoding juga menggunakan keterampilan berpikir kritis dalam mencari tahu apa yang akan memotivasi mereka untuk terus belajar



Dirangkum dari kompas.com

Postingan Terkait

Buka Komentar